2012/03/24

Dia yang Tak Mau Ku Sebut Namanya (Lagi) (2)

Namun, wajahnya mulai terlihat aneh, ya mungkin karena aku tak pernah melihat raut wajah seperti itu dari wajahnya, yang aku tahu dia selalu ceria dan tersenyum. Wajahnya terlihat sendu. Suaranya mulai berat. Dia bercerita tentang penyakit ibunya yang sangat parah. Ibunya merasakan dari orang rumah. Beberapa hari yang lalu, tanpa disengaja Santy menemukan secarik kertas dari Rumah Sakit. “Kertas itu berisi tentang penyakit ibu”, katanya.
Suaranya mulai terisak-isak, matanya berkaca-kaca. Aku mengatakan kepadanya untuk berrhenti bercerita sejenak dan menenangkan dirinya. Dia bilang dia tidak apa-apa. Meskipun dia bilang begitu, air matanya seraya sudah tak tertahankan.



Dia menangis. Dia memintaku untuk meminjamkan punggung sebentar. Tanpa sadar aku langsung memeluknya. Dia menangis sejadinya di dadaku.
Mendengar tangisannya membuatku ikut merasakan apa yang dia rasakan. Aku turut sedih mendengar berita itu. Saat itu aku hanya mengatakan jika dengan menangis membuatmu lega maka menangislah sampai puas sambil menepuk bahu kanannya. Sesaat kemudian dia berhenti bersandar di punggungku dan mengusap air matanya. Aku lihat wajahnya yang ceria itu kembali. Dia berterimakasih padaku karena telah mendengarkan semua ceritanya.
“Apa kamu juga ceritakan ini ke teman-temanmu?”, tanyaku.
“Tidak. Aku hanya cerita ini ke kamu”, katanya agak terisak-isak.
“Kenapa?”, tanyaku bingung.
“Karena aku nggak mau dikasihani oleh mereka. Bukan berarti kamu nggak punya rasa kasihan, tapi aku lebih merasa nyaman bercerita ini ke kamu.”, jelasnya.
“Terima kasih udah percaya sama aku.”, kataku,”Maaf, kok ibu kamu nggak di rawat di Rumah Sakit aja?”
“Aku juga nggak tahu, aku takut bertanya langsung ke ibu.”, jawabnya.

Kemudian dia berdiri dan mengajakku untuk pulang. Sejak saat itu aku mulai dekat dengan dia. Kami selalu bercerita selepas pulang sekolah walaupun tidak setiap hari. Jika dia ingin bercerita, dia selalu menungguku di depan kelas. Kalau aku yang ingin cerita, aku langsung keluar kelas ketika bel pulang berbunyi dan menunggunya. Kami seolah punya kode rahasia yang hanya kami yang tahu. Ketika dia sedang ada acara, dia menatapku sebentar dan menggelengkan kepalanya. Aku paham karena dia memang ikut banyak eks skul. Aku jawab dengan senyum dan aku masuk ke kelas dan membereskan buku-bukuku dan bersiap pulang.

Ketika aku menuruni tangga dan sampai di anak tangga terakhir, teman-temanku berteriak memanggilku dari kantin. Kebetulan letak kantin berada di tepat di ujung lorong sebelah tangga. Aku menghampiri mereka. Kami memang biasanya nongkrong di kantin selepas sekolah. Namun ketika aku sedang malas ngumpul ya aku langsung pulang. Kami mengobrol seadanya. Bercerita tentang semua kejadian dari pagi tadi. Bahkan terkadang mengulang kejadian paling lucu dari beberapa hari yang lalu. Dengan begitu kami bisa melepas sejenak kepenatan kami.

Tiba-tiba Santy datang. Aku cuek aja dan terus bercengkrama dengan teman-temanku. Kami tertawa seadanya tanpa harus diatur oleh siapapun. Tiga puluh menit kemudian, kami pulang. Kami masih menahan tawa di perjalanan menuju halte bus. Beberapa temanku memang selalu pulang naik bus. Sama sepertiku. Setelah sampai di halte bus, bukan halte bus sebenarnya sih, cuma trotoar di seberang sekolah tempat kami biasa menyetop bus. Sambil nunggu bus, kami masih tertawa mengingat candaan salah satu teman. Akhirnya, bus yang ditunggu datang juga. Kami langsung naik. Walaupun, bus itu tak langsung jalan, paling tidak bisa berteduh dari panasnya siang itu. Bus itu agak sepi. Kebetulan aku duduk sendiri. Ketika melihat keluar jendela bus, tiba-tiba ada orang yang duduk di sebelahku. Aku sedikit bergeser untuk memberinya tempat. Aku melamun lagi.

“Hei….”, teriak sebelahku. Akupun menoleh dan ternyata itu Santy. Aku hanya tersenyum sambil menatapnya.

2012/03/17

Dia yang Tak Mau Ku Sebut Namanya (Lagi)

Santy, seorang cewek manis yang selalu tampak ceria. Dia beberapa kali membuatku salah tingkah hanya karena dia sesekali melihatku. Seperti pagi ini, tiba-tiba di berjalan ke arahku dan menyapaku sambil tersenyum. Aku terkejut dan hanya membalas dengan senyuman. Mungkin karna saat itu aku sedang melamun seperti biasanya. Kebiasaanku emang selalu duduk di depan kelas sambil melihat langit dan melamun.

Santy kelihatan lebih manis dari dekat. Ketika aku sedang menikmati wajahnya, dia memukul bahuku dan berkata jangan melamun. Aku pun hanya tersenyum. “ Aku cantik yah, sampai terpesona gitu lihatnya.”, katanya. Memang cantik si, tapi aku jawab sambil sambil tertawa, “Ah, perasaanmu aja.” “Bilang aja iya..”, katanya. “Hahahaha…”, aku hanya tertawa dan dia pun pergi ketika seorang temannya memanggilnya.
Aku suka sama dia. Sepuluh menit itu terasa sangat cepat terlalui karena aku merasa nyaman saat berbicara dengannya.


Tapi, rasa ini hanya akan aku pendam saja karna banyak yang suka sama dia dan sepertinya punya banyak kelebihan dibanding aku. Mungkin karena sifatnya yang selalu baik sama semua orang. Aku pun nggak tau sebenernya dia udah punya pacar atau belum.
Aku kembali melihat awan dan tersadar ketika bel berbunyi tanda waktu istirahat habis. Dan ketika aku akan memasuki kelasku, tiba-tiba ada yang memanggilku dari jauh. Ternyata Santy.
Sambil ngos-ngosan dia bilang,”nanti pulang sekolah bisa ketemu nggak?”
“Bisa. Mau ngomongin apa?”, kataku
“Yaudah, sampai ketemu nanti pulang sekolah ya.”, katanya sambil berlari balik ke kelasnya. Dia tak menjawab pertanyaanku.
Santy kelihatan agak bingung, tak seperti biasanya. Seperti ingin mengatakan hal penting kepadaku. Aku mulai penasaran. Tak ku sadari aku melamun. Tak biasanya aku melamun di kelas. Entah apa yang ku lamunkan. Aku mulai terbangun dari lamunanku ketika Hari, teman sebelahku, ditanya oleh guru. Untunglah bukan aku yang diberi pertanyaan.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Ketika aku selesai memasukkan semua bukuku ke dalam laci dan beranjak dari bangku, aku lihat Santy udah ada di depan pintu kelasku. Aku hanya bertanya dalam hati ada apa sebenarnya.

Kami duduk di depan kelasku. Dia langsung aja bercerita tentang keluarganya. Dan aku hanya diam mendengarkan. Aku merasa bagaimana mungkin dia bisa bercerita tentang keluarganya kepadaku, orang sebenarnya belum begitu dia kenal. Dia bercerita tentang adiknya yang selalu menggodanya, ibunya yang masakannya enak, sampai peliharaanya yang selalu menemaninya di rumah. Aku tersenyum dan sesekali tertawa mendengar ceritanya.

2011/02/20

LOVE atau CINTA???

LOVE,, 4 kata penuh makna.... penuh cerita... terkadang 4 kata ini membuat seseorang terdiam di keramaian keributan yang lain.. kadang bisa berteriak tanpa makna tanpa mengindahkan orang lain...

empat kata penuh pengharapan, kadang sebagian orang menyebutnya penyesalan... ketika seseorang berharap bahwa "dia" juga merasakan hal yang dirasakannya... sebagian orang itu menyesal karna merasakan terlalu dalam namun telah tersakiti...

empat kata penuh air mata... tak henti air matanya keluar ketika orang yang disayangi pergi karna apapun...

CINTA,,???
itu cinta....
pemberi arti sebuah kehidupan untuk berbagai kehidupan yang kian terpaut... tanpa tersadari..
pemberi keceriaan,, kedamaian,, tangisan,, juga kenangan....
lima huruf ini tak terdefinisi maknanya bisa jadi infinitif....

2010/05/13

Kesengajaankah???

Tiba-tiba teringat suatu kejadian yang aneh.. Suatu hari, sore tepatnya,, seperti biasa aku tak langsung pulang ketika jam pulang sekolah telah datang. Aku biasa bermain-main dulu di sekolah seusai pelajaran berakhir. Sore itu, aku pulang hampir berbarengan dengan kakak kelas 3 yang memang ada jam tambahan. Tiba-tiba seorang, eh 2 orang cewek berlari dari arah belakang dan melewatiku, tak tau mau kemana mereka. Mereka mungkin bisa melewatiku dengan mudah, tapi tak disangka mereka menyerempet seseorang di depanku, kalo tidak salah dia kakak kelasku. Tasnya sampai mau jatuh..

Terdengar sedikit umpatan dari kakak itu, walau pelan. Tak berapa lama, aku melihat lagi kakak itu dan teman2nya dihampiri oleh 2 cewek tadi. Aku hanya melihat dari seberang si, sepertinya salah satu cewek itu sedang meminta maaf kepada cowok tadi karna telah menyerempetnya dan kakak itu hanya tersenyum (dugaanku aja si..).

Setelah aku dapat bis, aku berlalu meninggalkan mereka..

Beberapa hari kemudian, kebetulan sekali aku lihat mereka berdua sedang berbicara walau dari jarak yang jauh sih,, kebetulan kelas mereka berada atas dan bawah (jadi kakak kelas itu berada di lantai atas dan si cewek yang juga 1 angkatan denganku berada di bawah..). Si kakak kelas (kalau tidak salah sih namanya putra), emang biasa duduk di di depan kelas sambil melamun. Aku nggak denger sih apa yang mereka bicarakan, tapi beberapa saat setelah mereka ngobrol, mas angga tiba2 turun dan menghampiri si cewek (namanya widi kayaknya.. he.). Sepertinya widi memberikan sesuatu kepada mas putra.

Menurutku ada sesuatu di antara mereka,, yah lagi2 menurutku sih...

Trus beberapa hari kemudian, saat aku mau ke perpustakaan, aku lihat mas angga sedang mendengarkan seorang cowok (kakak kelasku juga, tapi kayaknya beda kelas,, soalnya mas putra dan orang itu berada tidak di depan kelasnya mas putra, tempat dia biasa nongkrong..). Tampaknya mereka mengobrol serius.

Setelah seminggu, aku lihat mereka makin akrab. Beberapa kali aku lihat mereka berpandangan-pandangan, meskipun mereka sedang di antara teman2nya. Mas putra di atas sedang tertawa bersama teman2nya pun widi langsung melihat ke atas dan ikut tersenyum, di saat itu juga mas putra melihat widi dan membalasnya senyumnya dengan senyuman.

Aku simpulkan mereka sedang kasmaran.. (ambil kesimpulan sendiri) hahaha...

Oiya,, beberapa hari kemudian, ketika aku lihat mas putra mau ke mushola, aku juga lihat seorang cowok (temannya widi) menghampiri dan memberikan secarik kertas ke mas putra, aku tak tau apa yang tertulis di kertas itu (apa nggak ada tulisannya yah.. hoho.. nggak tau juga..).

Kemudian beberapa hari kemudian, mereka tampaknya jadian (soalnya mereka berani duduk berdua dan berdekatan). Sepertinya mereka sedang melakukan obrolan yang serius.

Yah,, begitulah selama beberapa menit dan mereka mulai tertawa lepas. Seperti ada sesuatu yang telah terselesaikan.

Sekarang pertanyaannya,, apa widi dan temannya sengaja menyerempet mas putra agar mas putra mulai mendekati widi??? Apa itu sebuah kode?? Atau murni ketidaksengajaan??


Yah,, aku tetap percaya bahwa "love by accident" itu ada...
cerita yang aneh......

2010/03/26

Dewasa. Pendewasaan, Mendewasakan..

Ketiga proses ini emang tak pernah jauh dari kehidupan manusia.

Dewasa, kata orang, mereka yg memiliki sifat ini adalah orang yg memiliki kebijaksanaan yg tinggi (walaupun cuma dalam hal perkataan aja si...). Semakin dewasa seseorang (kata orang2 si..), maka makin tinggi kata2 bijak yg dia katakan.....


Pendewasaan,, seseorang mengalami pendewasaan ketika terjadi beberapa hal (ga 1 hal ajah...) yg membuat mereka jadi tambah tegar dalam menjalani hidup. Mereka bisa jadi sangat dewasa ketika mereka udah banyak mengalami hal tersebut (istilahnya banyak makan asam garam gitu....). Orang2 seprti ini biasanya tak menganggap diri mereka orang yg hebat, karena mereka tau banyak orang yg lebih hebat dari mereka (klo menurut istilah, di atas langit masi ada langit...).


Mendewasakan,, kata ini belum aku temukan definisi yg tepat.. Belum pernah ngrasain si..
hoho....

DAI - yesteday & today

the nice song for me....